Teknologi Serba Cepat dan Instan Pemicu Merosotnya Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Teknologi telah menjadi bagian
tak terpisahkan dari kehidupan modern. Kemampuannya untuk mempermudah berbagai
aktivitas, seperti mencari informasi, berkomunikasi, hingga menyelesaikan
pekerjaan, membuat teknologi serba instan sangat digemari. Namun, di balik
manfaat besar yang ditawarkannya, terdapat konsekuensi yang tidak dapat
diabaikan, yaitu penurunan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Fenomena ini
menjadi tantangan besar bagi individu dan masyarakat yang hidup di era digital.
Pengaruh Teknologi terhadap
Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah
kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyelesaikan masalah secara
logis. Teknologi serba instan, seperti mesin pencari dan aplikasi solusi
otomatis, sering kali mengurangi kebutuhan individu untuk berpikir mendalam.
Ketika seseorang dihadapkan pada sebuah pertanyaan, ia cenderung langsung
mencari jawaban di internet daripada mencoba memahami inti masalah dan
menemukan solusinya sendiri. Akibatnya, proses berpikir yang melibatkan
analisis, sintesis, dan evaluasi menjadi terabaikan.
Selain itu, banjir informasi di
internet membuat banyak orang kesulitan menyaring informasi yang relevan dan
akurat. Dilansir dari media masa sampitnews.com.menunjukkan bahwa smartphone
membunuh kreatifitas dengan perubahan cara belajar yang lebih instan,
menjadikan peserta didik tidak mau mengelolah cara berpikir dan menjadikan
ketergantungan pada smartpone untuk mencari informasi yang tidak diketahui
ataupun yang belum diketahui secara cepat dan instan tanpa ada penyaringan
transfer pemikiran dari informasi yang didapatkan. Ketergantungan pada
teknologi juga menyebabkan mereka menerima informasi mentah-mentah tanpa
mempertanyakan kebenarannya. Dalam jangka panjang, hal ini melemahkan kemampuan
untuk membuat keputusan yang berdasarkan data yang valid dan logis. Dilansir
dari antaranews.com Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan
Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK menghimbau untuk perlu
mewaspadai adanya dampak negatif dari transformasi digital termasuk etika di
dalam menggunakan media digital yang memberi dampak negatif kepada anak-anak
seperti menurunkan minat belajar, perubahan mental dan perilaku.
Pengaruh
Teknologi terhadap Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan
untuk menghasilkan ide-ide baru yang orisinal dan bermanfaat. Teknologi instan,
seperti aplikasi desain otomatis atau media sosial dengan konten siap pakai,
sering kali menghilangkan tantangan yang mendorong orang untuk berpikir
kreatif. Sebagai contoh, aplikasi desain grafis dapat menghasilkan poster atau
ilustrasi dengan satu klik, sehingga individu tidak lagi merasakan proses
eksplorasi kreatif.
Lebih jauh lagi, kemudahan yang
ditawarkan teknologi dapat menghambat kemampuan imajinasi. Anak-anak yang
terlalu sering terpapar konten digital siap pakai cenderung kehilangan minat
untuk menciptakan cerita, menggambar, atau bermain peran, yang merupakan
kegiatan penting untuk mengasah kreativitas.
Contoh Fenomena di Kehidupan
Sehari-hari
Dalam dunia pendidikan, siswa
sering menggunakan kalkulator digital atau aplikasi pemecah soal matematika
tanpa mencoba menyelesaikannya secara manual. Hal ini menurunkan kemampuan
analitis mereka. Di tempat kerja, penggunaan perangkat lunak otomatisasi sering
kali menggantikan proses brainstorming yang diperlukan untuk menghasilkan
ide-ide inovatif. Dalam kehidupan sosial, aplikasi pengatur jadwal dan
rekomendasi otomatis sering mengurangi kemampuan seseorang untuk membuat
keputusan berdasarkan pertimbangan pribadi.
Upaya
Mengatasi Dampak Teknologi Serba Instan agar dapat menyeimbangkan cara
berpikir dan penggunaan teknologi:
1.
Penggunaan Teknologi yang Seimbang
Mengatur waktu penggunaan teknologi adalah langkah
awal yang penting. Beberapa cara untuk melakukannya:
Tetapkan waktu
layar: Batasi durasi penggunaan gadget dalam sehari, terutama bagi
anak-anak. Misalnya, tidak lebih dari dua jam sehari untuk hiburan digital.
Prioritaskan
aktivitas non-digital: Dorong kegiatan seperti olahraga, membaca buku fisik,
atau berkumpul bersama keluarga untuk mengimbangi waktu yang dihabiskan di
depan layar.
Gunakan
aplikasi pengelola waktu: Aplikasi seperti "Digital Wellbeing"
di Android atau "Screen Time" di iOS dapat membantu memantau dan
mengatur waktu penggunaan perangkat elektronik
2.
Meningkatkan Literasi Digital
Literasi digital sangat penting agar masyarakat
mampu menyaring informasi dan menggunakannya secara bijak:
Ajarkan keterampilan
verifikasi informasi: Kenalkan cara memeriksa sumber informasi, seperti
mengecek kredibilitas penulis, tanggal publikasi, dan relevansi isi terhadap
konteks saat ini.
Promosikan skeptisisme
sehat: Dorong masyarakat untuk tidak langsung percaya pada informasi yang
diterima, terutama di media sosial.
Pelatihan
literasi media: Sekolah dan komunitas dapat mengadakan pelatihan
untuk memahami cara kerja algoritma platform digital sehingga pengguna lebih
sadar akan dampaknya
3.
Mendorong Aktivitas Kreatif Tanpa Teknologi
Kreativitas dapat ditingkatkan melalui kegiatan
manual yang tidak melibatkan teknologi, seperti:
Proyek seni: Menggambar,
melukis, atau membuat kerajinan tangan dapat membantu menyalurkan imajinasi.
Kegiatan
berbasis eksplorasi: Misalnya, eksplorasi alam atau eksperimen sederhana
di rumah untuk mendorong rasa ingin tahu. Bermain
peran: Permainan seperti drama atau storytelling dapat meningkatkan
kemampuan bercerita dan imajinasi
4.
Melatih Pemecahan Masalah
Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah
dapat dilatih melalui berbagai cara sebagai berikut:
Permainan
logika: Sudoku, teka-teki silang, atau permainan strategi seperti catur
dapat melatih otak untuk berpikir secara analitis.
Proyek
berbasis tantangan: Tawarkan tugas yang memerlukan pemecahan masalah, seperti
membangun sesuatu dari bahan sederhana atau menyelesaikan kasus misteri.
Simulasi dan
diskusi: Dalam konteks pendidikan, berikan situasi yang memerlukan siswa
untuk menganalisis masalah dan memberikan solusi logis
Penulis: Novaria lailatul Jannah, S.Pd., M.Pd. (Mahasiswa
S3 DikDas Universitas Negeri Surabaya, Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Nahdlatul Ulama Sidoarjo)