PENGEMBANGAN SOFT SKILL DALAM KURIKULUM SEKOLAH DASAR SEBAGAI FONDASI MASA DEPAN
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/s3pendidikandasar.pasca.unesa.ac.id/thumbnail/e6a02185-399a-49c2-8586-26cf9c77dcad.png)
Soft skill merupakan suatu keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang yang merujuk pada kemampuan untuk berinteraksi secara nyaman dengan
orang lain. Pengertian soft skill adalah
keterampilan yang dapat mempengaruhi hubungan, komunikasi dan interaksi dengan
orang lain yaitu bagaimana kita harus mengambil sikap pada kondisi tertentu
atau bagaimana kita mempresentasikan sesuatu agar mudah dipahami dan diterima
orang lain. Pengembangan soft skill pada siswa
harus dapat mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada anak
usia dini.
Menurut Illah
Sailah (2008:16), bahwa berdasarkan NACE/National of colleges and employers
(2005) diharvard University Amerika Serikat menyatakan kesuksesan seseorang
tidak ditentukan sematamata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skills) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skills). Didalam
hasil penelitian tersebut bahwasanya kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20%
hard skills dan sisanya 80% soft skills. Oleh karena
itu kemampuan soft skill dan hard skill sangat penting untuk dijadikan suatu kolaborasi
kemampuan pada seseorang. Hal ini dikarenakan hard skill mampu
memberikan bantuan kepada seseorang untuk meyelesaikan tugas yang diberikan.
Sedangkan soft skill dapat memungkinkan seseorang untuk
dapat berkolaborasi, berkomunikasi, dan beradaptasi di berbagai situasi serta
mampu menciptakan suasana lingkungan yang dinamis.
Kurikulum
Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di
mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk
memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan
kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Kurikulum Merdeka memberikan
keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang
sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. Adapun
karakteristik kurikulum Merdeka yaitu: (1) pengembangan soft skill dan karakter; (2) fokus pada materi esensial; dan (3)
pembelajaran yang fleksibel. Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar
Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh
pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian
pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran
(Kemendikbud).
Pada Kurikulum
Merdeka memberikan sifat yang fleksibel. Salah satu aspek penting yang
ditekankan dalam kurikulum ini adalah pengembangan soft skill, seperti
kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan pengelolaan emosi.
kurikulum ini juga menekankan pendidikan karakter, seperti kemandirian,
gotong-royong, dan religius, yang secara langsung berkaitan dengan pengembangan
soft skill. Guru berperan sebagai fasilitator yang memandu peserta didik untuk
mengeksplorasi nilai-nilai tersebut melalui aktivitas yang kontekstual. Projek
penguatan profil pelajar Pancasila memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan, mengembangkan keterampilan, serta
menguatkan pengembangan enam dimensi profil Pancasila.
Tantangan dalam pengembangan soft skill ada pada kurangnya kesadaran mengenai pentingnya aspek
ini dibandingkan hard skill. Kurangnya
pelatihan untuk guru menjadikan salah satu hal yang harus diperhatikan sebagai
tambahan untuk mendesain pengembangan pembelajaran mengenai soft skill peserta didik. Mengatasi hal ini, pemerintah dan
sekolah perlu menyediakan pelatihan intensif bagi guru dan mendorong evaluasi
yang mengakui pencapaian soft skill peserta
didik. Selain itu, kolaborasi dengan orang tua juga penting agar pengembangan soft skill dapat dilakukan di luar sekolah.
Penulis: Murtyas Galuh
Danawati