Metaverse dalam Pendidikan: Peluang dan Tantangan untuk Pembelajaran Berkelanjutan
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/s3pendidikandasar.pasca.unesa.ac.id/thumbnail/4a998534-0d1d-48a4-9242-75ae44505896.jpg)
Teknologi digital telah membawa perubahan besar di
berbagai bidang, termasuk pendidikan. Salah satu konsep revolusioner yang kini
menjadi sorotan adalah metaverse, sebuah ruang virtual tiga dimensi yang
menggabungkan dunia nyata dan digital. Dalam metaverse, pengguna dapat
berinteraksi, belajar, dan menciptakan pengalaman baru melalui avatar digital
mereka. Konsep ini tidak hanya menghadirkan cara baru dalam belajar tetapi juga
menawarkan peluang besar untuk mendukung pembelajaran berkelanjutan. Namun,
seperti inovasi lainnya, metaverse juga membawa tantangan yang harus diatasi
untuk dapat diterapkan secara efektif dalam pendidikan.
Apa Itu Metaverse?
Metaverse adalah ruang virtual berbasis teknologi
realitas virtual (VR), realitas augmentasi (AR), dan internet. Neal Stephenson,
penulis fiksi ilmiah, pertama kali memperkenalkan istilah ini dalam novelnya Snow
Crash pada tahun 1992, menggambarkan dunia virtual yang menjadi tempat
manusia berinteraksi dalam wujud avatar. Kini, metaverse bukan lagi sekadar
fiksi, melainkan sebuah realitas baru yang sedang dikembangkan oleh perusahaan
teknologi besar seperti Meta (dulu Facebook), Microsoft, dan NVIDIA.
Dalam konteks pendidikan, metaverse menghadirkan
lingkungan belajar yang imersif dan interaktif, memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi konsep-konsep abstrak melalui simulasi dan visualisasi tiga
dimensi. Sebagai contoh, siswa dapat mempelajari sistem tata surya dengan
"berjalan-jalan" di antara planet-planet atau memahami sejarah dengan
mengunjungi versi digital dari situs bersejarah.
Peluang Metaverse dalam Pendidikan
Integrasi metaverse dalam pendidikan membuka peluang
besar untuk menciptakan pembelajaran yang lebih mendalam, menarik, dan relevan.
Berikut adalah beberapa peluang utama yang ditawarkan:
1. Pembelajaran Imersif
Metaverse memungkinkan siswa untuk terlibat dalam
pembelajaran yang imersif, di mana mereka dapat mengalami langsung
konsep-konsep yang dipelajari. Teknologi ini membantu siswa memahami materi
dengan lebih baik, terutama konsep-konsep yang abstrak atau sulit
divisualisasikan dalam pembelajaran konvensional.
Sebagai contoh, dalam mata pelajaran biologi, siswa
dapat mempelajari struktur sel dengan "masuk" ke dalam sel melalui
simulasi VR. Pengalaman ini tidak hanya meningkatkan pemahaman tetapi juga
memotivasi siswa untuk belajar lebih lanjut.
2. Kolaborasi Global
Metaverse memungkinkan kolaborasi lintas geografis, di
mana siswa dari berbagai belahan dunia dapat belajar bersama dalam ruang
virtual yang sama. Hal ini mendukung inklusi global dan memungkinkan pertukaran
ide yang kaya, memperkuat pemahaman lintas budaya.
Misalnya, siswa dari Indonesia dapat bekerja sama
dengan siswa di Jepang untuk menyelesaikan proyek lingkungan, seperti simulasi
pemulihan ekosistem hutan hujan tropis.
3. Pelatihan Keterampilan Praktis
Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif,
keterampilan praktis menjadi salah satu aspek penting dalam pendidikan.
Metaverse memungkinkan simulasi praktik yang mendekati kenyataan, seperti
pelatihan medis, teknik, atau pengelolaan bencana.
Calon dokter, misalnya, dapat berlatih melakukan
operasi dalam ruang virtual sebelum menghadapi pasien nyata, sementara calon
insinyur dapat menguji desain bangunan dalam lingkungan virtual tanpa risiko
kerugian nyata.
4. Meningkatkan Inklusi Pendidikan
Metaverse juga berpotensi untuk menciptakan akses
pendidikan bagi individu dengan kebutuhan khusus atau yang tinggal di daerah
terpencil. Dengan teknologi ini, siswa yang tidak dapat hadir di kelas fisik
dapat tetap mengikuti pembelajaran secara interaktif melalui avatar mereka.
Tantangan Implementasi Metaverse dalam Pendidikan
Meskipun menawarkan peluang besar, penerapan metaverse
dalam pendidikan juga menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi:
1. Ketersediaan Infrastruktur Teknologi
Metaverse membutuhkan perangkat keras dan konektivitas
internet yang canggih, seperti headset VR, komputer dengan spesifikasi tinggi,
dan jaringan internet cepat. Sayangnya, tidak semua sekolah, terutama di negara
berkembang, memiliki akses ke infrastruktur ini.
Menurut laporan UNESCO (2022), sekitar 40% sekolah di
dunia masih belum memiliki akses internet yang memadai, yang menjadi hambatan
utama dalam penerapan teknologi ini secara luas.
2. Biaya Implementasi
Teknologi metaverse memerlukan investasi besar, baik
untuk pengadaan perangkat keras maupun pengembangan konten pembelajaran. Hal
ini menjadi tantangan terutama bagi institusi pendidikan dengan anggaran
terbatas.
3. Keamanan dan Privasi Data
Dalam ruang virtual, data pengguna, termasuk data
pribadi siswa, dapat rentan terhadap ancaman keamanan. Keamanan data menjadi
salah satu perhatian utama yang harus ditangani dengan serius untuk melindungi
privasi siswa.
4. Kesiapan Guru dan Siswa
Penerapan metaverse membutuhkan kesiapan baik dari
guru maupun siswa. Guru perlu dilatih untuk menggunakan teknologi ini secara
efektif dalam pembelajaran, sementara siswa perlu memiliki literasi digital
yang memadai untuk memanfaatkan teknologi ini secara optimal.
5. Risiko Ketergantungan pada Teknologi
Metaverse, jika tidak digunakan dengan bijak, dapat
meningkatkan ketergantungan pada teknologi, yang berdampak pada kurangnya
interaksi sosial langsung. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa
penggunaan metaverse seimbang dengan pembelajaran dunia nyata.
Metaverse dan Pembelajaran Berkelanjutan
Metaverse dapat mendukung tujuan pembangunan
berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs), khususnya tujuan
ke-4, yaitu pendidikan berkualitas. Dengan menyediakan akses pendidikan yang
inklusif, merancang kurikulum berbasis lingkungan, dan mendukung pembelajaran
sepanjang hayat, metaverse berpotensi menjadi alat strategis untuk mencapai
pendidikan berkelanjutan.
Sebagai contoh, melalui simulasi interaktif di
metaverse, siswa dapat belajar tentang perubahan iklim, daur ulang, atau energi
terbarukan dengan cara yang menarik dan mendalam. Pembelajaran berbasis
pengalaman ini dapat menanamkan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan
lingkungan sejak usia dini.
Masa Depan Metaverse dalam Pendidikan
Integrasi metaverse dalam pendidikan adalah langkah
strategis menuju masa depan yang lebih inklusif dan adaptif. Namun, untuk
mewujudkan potensinya, kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan
sektor swasta sangat penting. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat
diambil:
- Investasi Infrastruktur - Pemerintah dan sektor swasta perlu
berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur teknologi untuk memastikan
bahwa semua siswa memiliki akses yang setara ke teknologi ini.
- Pelatihan Guru - Program pelatihan untuk guru harus dirancang
untuk membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengintegrasikan metaverse dalam pembelajaran.
- Pengembangan Konten Lokal - Konten pembelajaran di metaverse harus
disesuaikan dengan kebutuhan lokal, mencerminkan budaya dan nilai-nilai
setempat untuk menciptakan pengalaman belajar yang relevan.
- Regulasi Keamanan Data - Pemerintah dan institusi pendidikan perlu
mengembangkan kebijakan yang kuat untuk melindungi data siswa dan
memastikan penggunaan teknologi ini secara etis.
Kesimpulan
Metaverse adalah inovasi yang berpotensi besar untuk
merevolusi pendidikan, menciptakan pembelajaran yang lebih imersif, inklusif,
dan relevan. Namun, untuk mewujudkan manfaatnya, tantangan infrastruktur,
biaya, keamanan, dan kesiapan pengguna harus diatasi.
Dengan strategi yang tepat, metaverse dapat menjadi
alat utama dalam mendukung pendidikan berkelanjutan, mempersiapkan generasi
muda untuk menghadapi tantangan masa depan, dan menciptakan dunia yang lebih
adil dan berkelanjutan. Sebagaimana dinyatakan oleh Onu dkk. (2024), “Metaverse
is not the future—it is the present, and education must adapt to harness its
potential effectively.”
Referensi
UNESCO.
(2022). Education for Sustainable Development. https://www.unesco.org/en/sustainable-development/education
diakses pada 27 November 2024.
Onu, P., Pradhan, A.,
& Mbohwa, C. (2024). Potential to use metaverse for future teaching and
learning. Education
and Information Technologies, 29(7), 8893-8924.
Stephenson,
N. (1992). Snow Crash.
Penulis: Annas Solihin, S.Pd. (Instagram.com/ka.annas)