Menjadi Sekolah yang Dirindukan dengan Mengintegrasikan Kearifan Lokal
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/s3pendidikandasar.pasca.unesa.ac.id/thumbnail/d95c0e4b-15db-4b81-a38b-f83c26db9a9b.jpg)
Menjadi sekolah yang dirindukan adalah
impian setiap satuan pendidikan. Sebuah sekolah yang tidak hanya menjadi tempat
untuk belajar dan bermain, akan tetapi juga menjadi rumah kedua yang penuh
dengan kenangan indah dan pengalaman berharga bagi peserta didik. Untuk
mencapainya, diperlukan pendekatan yang holistik, baik dari sisi akademik,
sosial, maupun emosional. Menjadi sekolah yang dirindukan dapat diwujudkan
dengan mengintegrasikan kearifan lokal dalam proses pendidikan. Kearifan lokal
adalah nilai, pengetahuan, dan kebudayaan yang berkembang di suatu masyarakat,
yang mencerminkan cara hidup yang bijaksana dan selaras dengan alam serta
lingkungan sekitar. Dengan mengintegrasikan kearifan lokal, sekolah tidak hanya
memberikan pembelajaran yang relevan dan menyentuh akar budaya, namun juga
dapat memperkuat rasa identitas, kebanggaan, dan kecintaan peserta didik
terhadap daerah dan budaya mereka.
Mengintegrasi kearifan lokal dalam
pembelajaran dapat dimulai dengan memanfaatkan nilai-nilai lokal sebagai dasar
untuk mengajarkan pada tema tertentu. Misalnya, dalam pembelajaran ada tema
tentang makanan, peserta didik bisa mempelajari tentang makanan khas yang
berasal dari daerah masing-masing. Selain itu, pendidikan karakter juga penting
kaitannya dengan nilai-nilai kearifan lokal. Sekolah yang dirindukan adalah
sekolah yang mendidik peserta didik untuk menjadi pribadi yang baik,
bertanggung jawab, dan memiliki rasa empati. Kearifan lokal sangat kaya dengan
nilai-nilai moral yang dapat diterapkan dalam pendidikan karakter. Nilai-nilai
seperti gotong royong, hormat kepada orang tua, menghargai alam, dan menjaga
keseimbangan sosial bisa dipelajari oleh peserta didik melalui cerita-cerita
tradisional, ajaran nenek moyang, dan kegiatan sosial berbasis kearifan
lokal.
Menjadi sekolah yang dirindukan juga
perlu dengan melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran. Misalnya, dengan
mengundang orang tua yang berbagi cerita pengetahuan atau pengalaman mereka
tentang kearifan lokal. Pada kegiatan cooking
class orang tua bisa dilibatkan dengan mendemonstrasikan praktik membuat
makanan khas daerahnya. Selain itu, sekolah juga dapat mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler berbasis budaya lokal. Kegiatan ekstrakurikuler yang berbasis
kearifan lokal, seperti seni tradisional, musik daerah, tarian, atau kerajinan
tangan, bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk mengenalkan dan merayakan
budaya lokal. Sekolah dapat mengadakan festival budaya, pameran seni lokal,
atau kompetisi berbasis budaya yang memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasi dan melestarikan warisan budaya. Kegiatan-kegiatan ini dapat
memberikan pengalaman yang menyentuh, sekaligus menumbuhkan rasa cinta terhadap
budaya lokal dan memperkaya pengetahuan peserta didik.
Sekolah yang mampu menanamkan
kebanggaan terhadap identitas lokal akan membangun rasa cinta tanah air yang
mendalam. Ketika peserta didik merasa bahwa sekolah mereka memuliakan budaya
dan tradisi mereka, mereka akan merasakan bahwa sekolah adalah tempat yang
memiliki nilai lebih dan menjadi bagian penting dari perjalanan hidup mereka.
Ini akan menciptakan kenangan indah yang akan mereka rindukan ketika telah
lulus.
Penulis: Norma Diana Fitri (Mahasiswa
S3 Pendidikan Dasar Universitas Negeri Surabaya)
Sumber Gambar : https://cdn.pixabay.com/photo/2018/07/05/16/59/students-3518726_1280.jpg