KESETARAAN GENDER: GURU SD SEBAGAI AGEN PERUBAHAN

Kesetaraan gender adalah isu yang tak
pernah lekang oleh waktu, terutama dalam dunia pendidikan. Dalam sebuah webinar
yang diselenggarakan oleh Program Studi S3 Pendidikan Dasar Universitas Negeri
Surabaya pada 18 Maret 2025, Femita Adelina, M.Si dari Biro Psikologi Antara
menekankan bahwa kesetaraan gender lebih dari sekadar keseimbangan antara
laki-laki dan perempuan. Menurutnya, esensi kesetaraan gender terletak pada
pemberian kesempatan yang setara dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk
pendidikan, yang berfungsi sebagai fondasi utama dalam membentuk karakter dan
pola pikir generasi masa depan.
Namun, meskipun kesetaraan gender sudah
menjadi pembahasan yang cukup sering, masih banyak yang keliru dalam
memahaminya. Banyak masyarakat yang menganggap gender adalah sesuatu yang
bersifat kodrati dan tetap, padahal kenyataannya gender adalah konstruksi
sosial yang berkembang seiring perubahan nilai dan budaya dalam masyarakat.
Inilah yang perlu dipahami dengan lebih mendalam, terutama di lingkungan
sekolah dasar, di mana nilai-nilai dasar kehidupan mulai ditanamkan.
Sekolah dasar adalah tempat yang
strategis untuk membentuk pemahaman yang benar mengenai kesetaraan gender.
Sayangnya, banyak sekolah yang masih memperkuat stereotip gender dalam cara
mereka memperlakukan siswa. Misalnya, siswa laki-laki sering kali dihargai
lebih ketika menunjukkan sifat kompetitif dan mandiri, sementara siswa
perempuan dihargai jika mereka patuh dan lembut. Pola pikir semacam ini tentu
menghambat potensi anak untuk berkembang secara optimal.
Lebih jauh lagi, ketidakadilan gender
yang terjadi di dunia pendidikan sering kali terlihat dalam ketidaksetaraan
peran antara laki-laki dan perempuan. Perempuan sering kali dibebani dengan
tugas-tugas domestik dan peran sebagai pendamping, sedangkan laki-laki dianggap
lebih cocok untuk memimpin. Ketimpangan ini perlu diatasi sejak dini, agar
generasi mendatang bisa tumbuh dengan pemahaman yang adil dan inklusif terhadap
gender.
Guru memiliki peran penting dalam
mengubah pola pikir ini. Sebagai agen perubahan, mereka harus menjadi contoh
dan fasilitator dalam menciptakan lingkungan yang lebih setara bagi semua
siswa. Hal ini bisa dimulai dengan langkah-langkah konkret, seperti memberi
kesempatan yang setara bagi laki-laki dan perempuan untuk berbicara,
mengekspresikan pendapat, serta menunjukkan karya mereka. Selain itu, guru
perlu membantu siswa untuk mengenali dan mempertanyakan bias gender yang
muncul, serta memilih bahan ajar yang lebih mencerminkan kesetaraan gender.
Lebih dari itu, pendidikan yang
mengedepankan kesetaraan gender bukan hanya bermanfaat bagi anak perempuan,
tetapi juga bagi anak laki-laki. Anak perempuan yang mendapatkan pendidikan
gender yang baik akan lebih percaya diri, mandiri, dan siap berpartisipasi
dalam berbagai aspek kehidupan publik. Sementara itu, anak laki-laki yang
mengerti pentingnya kesetaraan gender akan lebih terbuka secara emosional,
menghindari agresivitas berlebihan, dan lebih peka terhadap perasaan orang
lain. Hal ini tentunya akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil dan
harmonis.
Kesetaraan gender di sekolah dasar
bukan hanya tentang membela hak-hak perempuan, tetapi juga tentang menciptakan
lingkungan yang memungkinkan semua siswa berkembang sesuai dengan potensi dan
bakat mereka, tanpa dibatasi oleh stereotip gender. Oleh karena itu, mari kita
dukung pendidikan yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga
nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan, agar generasi mendatang bisa
menjadi agen perubahan yang membawa masyarakat menuju kehidupan yang lebih
setara dan inklusif.
*) Penulis: Desi Eka
Pratiwi, Mahasiswa S3 Pendidikan Dasar 2024C, Universitas Negeri Surabaya.