Membangun Generasi Berpikir Kritis di Abad 21: Peran Pendidikan Dasar
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/s3pendidikandasar.pasca.unesa.ac.id/thumbnail/b7ba6a4a-9b9a-48cc-a792-348a34c794be.png)
Abad ke-21 mengharuskan setiap individu, termasuk
siswa sekolah dasar (SD), untuk menguasai keterampilan yang sesuai dengan
dinamika zaman. Salah satu keterampilan penting yang menjadi faktor
keberhasilan adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan ini bukan lagi sekadar
pelengkap, melainkan sebuah kebutuhan utama dalam menghadapi dunia yang cepat
berubah, penuh tantangan, dan banjir informasi. Pentingnya berpikir kritis di
Abad 21 meliputi menganalisis informasi yaitu di era digital, siswa terpapar
pada berbagai informasi, baik melalui internet, media sosial, maupun lingkungan
sekitar. Berpikir kritis membantu mereka memilah informasi yang valid dari yang
tidak akurat atau bias. Kemudian berpikir kritis penting karena dapat membantu
memecahkan Masalah seperti siswa dapat mengidentifikasi masalah, menganalisis
penyebabnya, dan mencari solusi yang logis. Ini menjadi keterampilan penting
untuk kehidupan sehari-hari maupun masa depan mereka. Selanjutnya mengembangkan
kreativitas, dengan berpikir kritis sering berjalan beriringan dengan
kreativitas. Ketika siswa mampu mengevaluasi ide secara mendalam, mereka juga
lebih mampu menghasilkan ide-ide baru yang inovatif.
Berpikir kritis adalah bekal yang sangat penting
bagi siswa SD di abad 21. Dengan melatih kemampuan ini sejak dini, mereka tidak
hanya mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, tetapi juga menjadi individu
yang cerdas, reflektif, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Peran
sekolah, guru, dan orang tua sangatlah krusial untuk menciptakan lingkungan
yang mendukung perkembangan keterampilan ini. Jika berhasil diterapkan,
generasi masa depan akan tumbuh menjadi pribadi yang siap bersaing di dunia
global.
Terdapat beberapa tantangan dalam menerapan
keterampilan bepikir kritis di tingkat SD, seperti kurikulum yang padat: fokus
pada hafalan dan hasil ujian ,sering kali tidak menyisihkan ruang untuk
pengembangan keterampilan berpikir kritis. Kurangnya fasilitator, guru mungkin
belum sepenuhnya dilatih untuk mendorong diskusi, debat, dan eksplorasi yang
mendukung pemikiran mendalam. Kemudian minimnya eksposur, Anakanak SD membutuhkan stimulasi berupa
pengalaman nyata atau proyek berbasis masalah untuk mengasah keterampilan
berpikir kritis mereka. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, tentunya guru
maupun sekolah memiliki srtategi -strategi yang dapat diterapkan untuk
mengatasi tantangan yang ada, diantaranya, dalam pembelajaran menggunakan
kegiatan pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) yaitu melibatkan
siswa dalam proyek kolaboratif yang memerlukan penelitian, analisis, dan
pengambilan keputusan. Selanjutnya strategi yang bisa dilakukan yaitu
pemanfaatan teknologi yaitu memberikan pengalaman menggunakan alat digital,
seperti pencarian informasi online atau aplikasi pembelajaran interaktif, agar
siswa terbiasa dengan pengolahan data secara mandiri. Kemudian dalam
pembelajaran guru memberikan pertanyaan terbuka agar dapat mendorong siswa
berpikir lebih dalam dengan pertanyaan seperti "Mengapa kamu berpikir begitu?" atau "Apa yang akan terjadi jika kita mencoba cara lain?".
Kemudian strategi berikutnya yaitu menerapkan kegiatan diskusi kelompok agar
mendorong siswa untuk bertukar ide, berargumen, dan mendengar perspektif
teman-teman mereka. Strategi-strategi ini membantu menciptakan lingkungan
belajar yang mendukung pengembangan keterampilan berpikir kritis dan
kolaboratif.
Penulis: Mely Agustin Reni Pitasari
Sumber Gambar: https://pixabay.com/id/illustrations/pendidikan-sedang-belajar-4129052/